- -


Oleh: Farihul Muflihin*

Negara kita adalah negara yang beragama, dan kita tahu pula bahwa bangsa ini mempunyai enam agama yang diakui. Namun yang menjadi persoalan dalam agama itu adalah apakah masyarakat islam (pada khususnya) sudah mampu mengaplikasikan sistem yang sudah di tawarkan pada agama islam itu sendiri. Seringkali kita melihat di media massa bahwa agama hanya dijadikan sebagai korban dalam tindakan immoral baik dari kalangan remaja, dewasa bahkan kalangan kaum elit itu sendiri. Dan lebih parahnya mereka semua bagian dari kaum muslim.
kasus yang sedemikian rupa ini semuanya ada pada negara kita mulai dari kekerasan, pemerkosaan sampai pada tingkat korupsi. Intelektualitas keagamaan di negara ini perlu di pertanyankan karena notabene agama islam  menjadi agama yang terbesar sejagat raya, namun dalam persoalan korupsi serta penyimpangan sosial menjadi yang terbesar di dunia. Dimanakah pemahaman keagamaan  selama ini yang sudah di ajarkan .


Sebetulnya banyak hal yang harus di fahami bagi  masyarakat bahwa agama atau religi merupakan salah satu tonggak yang bisa menghantarkan manusia ke dalam kebahagiaan baik di dunia maupun diakhirat.
Manusia memerlukan sebuah pedoman yang menjadi pijakan hidup, karena kita tahu bahwa dunia hanya sebatas singgahan sementara  untuk menghantarkan tiket ke dalam dunia akhirat yang menjadi tujuan akhir.  Maka Agama merupakan sarana yang dapat menghantarkan kepada dunia akhirat. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam surat Al-Ankabut ayat 64 yang artinya “ Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. Dengan penjelasan ayat diatas dapat di implikasikan bahwa  manusia harus benar-benar mampu memanfaatkan kehidupan.
Dunia sebagai ladang berbekal untuk menjadikan manusia yang khaffah disisi Allah SWT dengan memperbanyak ibadah untuk menuju kehidupan yang hakiki. Dengan demikian Agama dapat diartikan sebagai berikut: agama dalam bahasa Inggris bermakna religion, agama dikenal dengan kata al-din dan al-milah. Kata al-din sendiri mengandung berbagai arti. Ia dapat diartikan al-mulk (kerajaan), al-khidmad (pelayanan), alihsan (kebijakan), al-adat (kebiasaan), al-ibadah (pengabdian) dan lain-lain.
Sedangkan pengertian al-din yang berarti agama adalah nama yang bersifat umum. Artinya tidak ditujukan kepada salah satu agama; ia adalah nama untuk setiap kepercayaan yang ada di dunia ini. Agama yang ditunjukkan pada lafadz al-din dalam konteks agama islam, dimana islam merupakan jalan untuk menuju keselamatan. Maka  pemahaman agama harus ditingkatkan secara holistik-inklusif, dan yang perlu di ketahui, dalam melakukaan sebuah ibadah perlu adanya keseimbangan antara ibadah yang bersifat individual seperti shalat, serta ibadah yang bersifat sosial seperti memberikan bantuan kepada fakir miskin atau  bakti sosial  dan lainnya sebagainya.  Hingga ibadah tersebut dapat menjadikan sebagai predikat “mukminin dan muttaqin” dalam  predikat itulah yang selam ini di dambakan oleh seluruh kaum muslimin.
Dalam konteks keagamaan jika dikoopersikan dengan wilayah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau yang biasa disebut IMM,apa yang sudah dilakukan kader IMM dalam mengaktualisasikan sebuah konseptual yang tersistematis dari norma-norma agama baik itu  dalam  perintah maupun laranganya, inilah menjadi pertanyaan yang harus kita refleksikan bentuk kritis-realistis. Kita sebagai kader IMM sudah mengetahui bahwa tujuan IMM itu sendiri adalah “Mengusahakan terbentuknya akademisi muslim yang berkhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah” sebuah kacamata organisasi kemasyarakatan yang menjadi barometer tujuan untuk mencapai  masyarakat yang unggul dengan keluasan ilmu,kematangan spiritual dan keagungan akhlak di bawah panji-panji ingin mengarapkan  keridhaan Allah SWT semata. keagamaan mampu memberikan pengetahuan mengenai sebuah polemik baik itu dari perspektif kebaikan maupun kejelekan. Ikatan ini memberikan pengajaran mengenai keagamaan menyebarkan konsepsi islam dengan jalan berdakwah baik secar material maupun non material. Maka sejatinya IMM harus mampu memberikan kontribusi real baik itu untuk kader, masyarat agama bahkan bangsa itu sendiri. Seyogyanya bangsa ini memerlukan orang yang memiliki keluasan agama serta keluasan ilmu untuk mengtransformasikan kehidupan ini menjadi peraban yang  lebih maju,makmur dan sejahtera. Maka di tangan IMM inilah bangsa akan menjadi bangsa yang berkarakter dan mandiri. IMM harus mampu memberikan perubahan pada kader yang semula belum mengetahui  arti kehidupan menjadi tahu. Dalam hal ini adalah input sebelum masuk IMM hanya biasa-biasa namun setalah memasuki IMM menjadi luar biasa ( dalam hal ini adalah outputnya).inilah pengkaderan yang sesengguhnya mampu mengkonstruksi mindset atau pola fikir untuk menjadi tujuan yang telah di cita-citakan oleh ikatan ini.
Niatkanlah segala sesuatu yang kita kerjakan adalah untuk beribadah kepada-Nya  serta sebagai perjuangan untuk menggapai ridho-Nya.
Billahi fi sabilil haq fastabiqul kairat

*Ketua Umum IMM komisariat Pelopor UIN Maliki Malang

One Response so far.

Leave a Reply