- -

Sebuah Renungan

Oleh Agregat Illah


Saat ku lepas lelah dalam pembaringan, sejenak ku sisihkan waktu. Sehari ini kemana saja ku pergi? kemana kaki ini mengayuh langkah? ada banyak kata ynag ku ucapkan, ada banyak hal yang ku lakukan, bahkan hatie ku tak diam bersuara di balik dinding-dinding kebisuan. Aku tahu sedetik pun tidak lepas aku dari pengawasan Allah. Mengingat itu aku malu, bahkan terlalu malu untuk berkata jujur pada diri sendiri, telah banyak kezaliman yang ku lakukan.
    Mungkin benar, aku mencintai makhlukNya, begitu dalam hingga slalu ku sebut namanya dalam waktuku. Gelisahku datang memburu saat wajah itu hilang dari hari-hariku. Kusadari itu, ia begitu menyita waktuku. Kulau boleh jujur aku telah lalai dari mengingatNya. Karena hatiku di penuhi namanya...my lovely... . Ingin ku buktikan bahwa aku begitu mencintainya tapi begitu sulit kulakukan itu padaMu, Ya Rabb paadahal aku tahu Kau begitu mencintaiku betapa pun aku sering mengkhianatiMu.



    Sayang, kadang hati ini terlalu rapuh untuk sekedar berkata jujur bahwa aku telah mengkhianatiMu. Hingga ku biarkan diriku terpuruk diantara luka yang terus kugali dengan tanganku sendiri. Aku mencintai dan mendamba kasing sayang makhlukMu dan melupakan pemberi kasih sayang yang sebenarnya. Pintarnya aku berdalih bahwa semua ini adalah wajar adanya. Ini adalh bagian dari kehidupan yang harus ku jalani. Bagian dari takdir bahwa aku di anugerahi perasaan cinta, aku harus mensyukurinya.
    Kadang  pula terlalu sombong kukatakan bahwa aku mampu membagi cintaku dengan sebaik-baiknya. MencintaiMu sekaligus mencintai seseorang di hatiku. Namun ternyata aku hanya bisa berkata, tak mampu membuktikannya. Cintaku nyata tertuju pada makhlukMu. Begitu berat kujalani apa yang Engkau perintahkan sementara memenuhi keinginan seseorang yang ku kasihi terasa ringan. Herannya mengapa terus kujalani hal semacam ini? Nasihat yang datang padaku bagai sesuatu yang aku muak mendengarnya. Inikah ambisiku, inikah nafsuku? Bila memang begitu, betapa ruginya aku!!
    Aku tahu Engkau tak pernah meminta lebih padaku. Bahkan tak pernah meminta karena sesungguhnya semua yang kulakukan akan kembali padaku. Yakni kelak di Yaumul Mahsyar, saat tak ada lagi pertolongan siapa yang akan kumintai pertolongan. Allah?? Tidakkah aku malu sementara saat ini nafasku selalu mengabaikanMu.
    Aah… besok suatu hari pasti aku akan berubah. Biarlah saat ini kunikmati apa yang tengah kujalani, begitu pikirku. Padahal jauh di lubuk hati suara itu mengutukku. Apa kau yakin masih ada waktu? Adakah jaminan esok engkau masih menghirup nafas?
Menohok dan menyudutkanku. Tapi aku belum mampu memenuhi panggilan Rabb ku, rengekkku…
    Sebenarnya aku bisa melakukannya, memurnikan cintaku padaMu selagi aku mau. Yaah, seharusnya itu yang kulakukan. Aku seharusnya tak membiarkan diri dalam kerugian.
    Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “diantara do’a Nabi Daud AS yaitu: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kecintaanMu dan kecintaan orang-orng yang mencintaiMu dan amal yang menyampaikanku pada cintaMu. Ya Allah, jadikanlah kecintaanku kepadaMu lebih aku cintai daripada diriku, keluargaku, dan air yang sejuk (harta)”
{HR. Tirmidzi}

Karya Agregat Illah
Ketua Umum IMM Komisariat Ekstra UM

Leave a Reply