- -

Dihatiku,Semua Berpadu

Oleh : Ulfa Roshi Ashida 

Entah kapan pastinya aku tak tahu. Tapi tiba-tiba rasa itu sudah menyelinap di hatiku. Apa ini yang dinamakan jatuh cinta? Aku tak mampu menjawabnya. Setiap kali aku melihatnya, aku seolah mendapatkan ketenangan jiwa. Sesuatu yang sulit untuk kujelaskan.
Seperti biasa, pagi ini aku berangkat sekolah bersama dengan teman-temanku. Karena kebetulan aku tinggal di asrama. Ketika memasuki kelas hal pertama yang kulakukan adalah melihat ke deretan bangku sebelah utara, tempat dimana Candra, orang yang selalu aku nantikan berada.
“dia sudah disana..” batinku.
Senang, gembira dan pastinya bahagia. Tak mampu kulukiskan bagaimana perasaanku saat itu. Mungkin jika orang bisa melihat aura apa yang keluar dari diriku, pasti warna pink lebih mendominasi.


Tak terasa detik terus berputar membawa serta menit dan jam, hingga hari dan bulan pun turut berlalu. Sudah tiga bulan semester satu ini kulalui, dan selama itu pula aku semakin mengenal sosok Candra, meskipun kadang tingkahnya juga membuatku sedikit kesal.
Hari ini, di sekolah ada acara English Speech Contest. Secara otomatis pelajaran ditiadakan dan para siswa dipersilahkan untuk menjadi penggembira dalam acara ini. Memberikan dukungan sekaligus belajar bagaimana berbicara Bahasa Inggris dengan benar. Aku dan dua orang temanku Sakura dan Hanni menunggu sampai acara usai. Kebetulan acara selesai pada pukul 15.00, masih banyak waktu untuk bermain-main di sekolah. Sakura dan Hanni mengajakku ke beranda asri untuk sekedar bermain-main. Ternyata disana ada Candra dan teman-temannya. Melihat Candra aku gugup sekaligus salah tingkah, tapi untungnya aku bisa menyembunyikan itu semua saat Hanni dan Sakura menyapanya.
“eh.. Sakura foto-foto yuk! Mumpung ada kesempatan” ajak Afa tiba-tiba pada Sakura.
“ga ah! ga enak lagi sama yang lain!” tolak Sakura lembut.
“udah ga pa-pa anggep aja mereka ga ada” bujuk Afa lagi.
“iya anggep aja kita ga ada.. dunia kan cuma milik kalian berdua!” celetuk Hanni menyindir keduanya.
Aku hanya tersenyum mendengar celetukan Hanni. Tapi dalam hati aku juga iri melihat kebersamaan Afa dan Sakura.
“apa mungkin aku dan Candra bisa seperti Afa dan Sakura?” ucapku dalam hati sambil sesekali mencuri pandang kearah Candra “Ya Allah.. mikir apa sih aku barusan? Hapus-hapus-hapus..!” aku langsung meralat kata hatiku begitu menyadari khayalanku sudah terlampau tinggi.
“Ziera.. kesana aja yuk! Lagian ngapain juga disini!” ajak Hanni menarik tanganku sambil melirik kearah Afa dan Sakura yang masih berfoto-foto ria.
Aku paham dengan maksud Hanni mengajakku pergi. Dia memang tipe orang yang tidak suka menjadi penunggu orang pacaran.
“iya Han, aku juga males disini!” aku ikut-ikutan menyindir Afa dan Sakura.
Aku dan Hanni berjalan menjauhi beranda asri. Tapi tak berapa lama kemudian Sakura turut menyusul kami berdua, tentu dengan diikuti Afa di belakangnya. Aku dan Hanni hanya menghela napas panjang memandang tingkah keduanya.
Hanni mengajakku duduk di samping aula untuk sekedar bertukar cerita. Saat tengah asyik bercerita tiba-tiba Candra muncul dan mengambil posisi duduk tak jauh dari tempat kami. Tanpa basa basi Hanni langsung menghampirinya dan tampak mengobrolkan sesuatu. Aku hanya mengamati dari tempatku.
Aku tak tahu apa yang mereka obrolkan, tapi aku sempat mendengar pertanyaan Hanni yang cukup membuatku shock.
“benar kamu sekarang pacaran dengan Kirana?”
Jleerrrr! Aku bagai tersambar petir di sore yang cerah. Bagaimana tidak, orang yang selama ini aku harapkan ternyata sudah menjalin hubungan dengan orang lain. Dan yang lebih parah, orang itu adalah sahabatku sendiri, Kirana.
Kulihat Candra beranjak menghampiriku. Dengan sisa kekuatan yang kumiliki, aku berusaha menyembunyikan rasa kecewaku padanya.
“Candra, sebenarnya ada seseorang yang sangat menyayangi kamu dan dia sudah mempersiapkan sesuatu untuk kamu..” ucap Hanni sambil melihat kearahku.
“Ya Allah.. semoga Candra tidak paham dengan semua ini, tolong Ya Allah…” rintihku dalam hati.
“aku ga pacaran dengan Kirana” tanggapan yang menurutku tidak ada sambungannya sama sekali. Tapi sungguh aku sangat bersyukur karena ini.
“tapi TTM?” terka Hanni. Aku sudah tidak mampu mengeluarkan kata-kataku lagi.
Candra tidak mampu menjawab. Aku sudah tidak bisa mendeskripsikan bagaimana hatiku. Hancur bak pecahan piring yang tertimpa tumpukan parang. Aku langsung meminta Hanni untuk mengantarku kembali ke asrama, karena Sakura sudah lebih dulu pulang diantarkan Afa.
Sampai di asrama, aku bertingkah seperti biasanya seolah tidak terjadi apa-apa meskipun sebenarnya aku rapuh karena Candra. Aku tak mau orang lain tahu. aku langsung mengambil notebookku dan memutar sebuah lagu yang cukup mewakili perasaanku saat ini.
Kau kan slalu tersimpan dihatiku.. Meski ragamu tak dapat kumiliki.. Jiwaku kan slalu bersamamu.. Meski kau tercipta bukan untukku.. Tuhan.. berikan aku hidup satu kali lagi untu slalu bersamanya.. kumencintainya…
Alunan lagu The Virgin aku putar berulang-ulang sampai aku bosan mendengarnya. Setelah itu aku beranjak untuk mandi, menyiramkan air disekujur tubuhku dan berharap semua kesedihanku akan luntur bersama dengan aliran air.
Aku mencoba melupakan Candra, karena kini dia sudah menjadi kekasih orang lain. Meskipun aku mencintainya tapi aku tak mau menjadi penghalang hubungan dia dengan kekasihnya.
. . . . . .
Hari, bulan dan tahun berganti. Tak terasa kami sudah ada di tahun kedua. Tinggal satu tahun lagi kami semua akan lulus dan berpisah. Selama itu pula sedikit demi sedikit perasaanku untuk Candra terhapus, tapi belum sepenuhnya.
“eh Candra santai banget sih kamu! Emang makalahmu udah jadi?” tanyaku pada satu pagi.
“hehe.. belum” jawabnya enteng
Dia memanfang kearahku.
“Zie.. bantu aku buat makalah dong!” rengeknya.
“tuh kan bener dugaanku! Pasti kata-kata itu keluar dari mulutnya!” ucapku dalam hati.
“bantu apa buatin?” aku memastikan.
“hehe.. tau aja!” katanya menanggapi.
“tuh kan! Lagi-lagi aku yang harus kerja keras!” gerutuku dihadapannya.
“ga pa-palah Zie..”
“iya kamu ga pa-pa, aku?”
Candra hanya cengar cengir memandangku.
“tapi ga pa-palah Can, cuma ini yang bisa aku lakukan buat kamu..” batinku berucap.
. . . . . .
“kuakan menanti meski harus penantian panjang.. kuakan tetap setia menunggumu.. kutahu kau hanya untukku.. biarlah waktuku habis oleh penantian ini.. hingga kau percaya betapa besar cintaku padamu kutetap menanti..” Aku mengikuti alunan lagu yang kini kudengarkan. Tapi bukan kutujukan untuk siapapun termasuk juga Candra, karena memang aku suka dengan lagu ini.
Malam ini aku mencoba tidur lebih awal, tapi sayang aku tak bisa memejamkan mataku karena memang sudah terbiasa tidur jam sepuluh keatas. Aku mengalihkan pikiranku dengan berkunjung ke dunia maya. Tiba-tiba ada seseorang yang mengirimiku pesan via facebook.
Ziera.. ayo buat reuni
Aku melihat di info siapa pengirimnya. Maklum saja aku membuka lewat ponsel, jadi tidak bisa langsung melihat fotonya. Ternyata dia adalah sahabatku dulu waktu SD. Aku langsung membalas pesannya. Dia lalu menyuruhku untuk menghubungi teman-teman yang lain. Sayangnya aku hanya punya beberapa saja nomor telepon teman-temanku SD yang bisa dihubungi. Untung saja dari beberapa nomor itu bisa menyebar hingga semua teman bisa kuhubungi.
Tak perlu waktu lama untuk melaksanakan reuni ini. Satu bulan kemudian kami sudah melaksanakan reuni ini dan hasilnya tidak mengecewakan. Acara ini juga mempertemukan aku dengan Kenzhi, sobat lamaku yang dari dulu suka mengganggu hidupku, tapi akhirnya kami menjadi sahabat karib. Hampir setiap hari dia selalu berkiriman pesan denganku. Dia sudah berbeda dari yang dulu, dia lebih dewasa dan bijaksana. Tapi kadang-kadang aku dan dia sering memperdebatkan sesuatu yang tidak penting. Aku sih enjoy saja, mungkin dia juga seperti itu. Aku dan Kenzhi tak pernah kekurangan topik untuk menjadi bahasan pada saat smsan.
Setiap malam Kenzhi selalu menemaniku usai belajar. Aku dan dia banyak bercerita tentang pengalaman masing-masing setelah hampir 4 tahun kami tak berkomunikasi. Kadang aku tersenyum sendiri mendengar kisahnya, tapi kadang aku juga jengkel karena dia terus-terusan menghabisiku sampai aku tak mampu menyanggah kata-katanya. Benar-benar hal yang menghibur sekaligus menjengkelkan.
Aku tak menyangka malam ini Kenzhi memanggilku dengan nama panggilanku saat SD. Dulu dia sering memanggilku dengan nama olok-olokan. Tapi sekarang jangan harap kamu bisa memanggilku seperti itu Kenzhi! Tidak akan kubiarkan!.
Aku membalas sms Kenzhi “heh.. Kenzhi tadi ngomong apa?”
“siapa juga yang ngomong?” sanggahnya
“iya iya.. tadi nulis apaan? Enak aja manggil aku dengan sebutan itu lagi. Ga bisa,! Dulu emang kamu bisa manggil aku dengan sebutan itu, tapi sekarang jangan harap bisa..!” ocehku panjang lebar.
Kenzhi membalas smsku dengan emoticon senyum dan itu tandanya dia tersenyum aku memarahinya via sms, karena panggilan olok-olokan tadi. Tapi akhirnya dia menemukan sebuah panggilan istimewa untuk kami berdua, Coran. Co adalah panggilanku untuknya yang merupakan singkatan dari Conan dan Ran adalah panggilan dia kepadaku.
“Conan dan Ran adalah panggilan istimewa tanda sahabat dan ga ada yang boleh mengganggu!” Ucap Kenzhi padaku dalam pesannya.
“oke Conan.. sahabat selamanya!” kataku menanggapi.
“Sahabat selamanya…Ran!” balasnya.
Kehadiran Kenzhi cukup membantuku mengesampingkan perasaanku pada Candra, dan kini aku benar-benar sudah membuang jauh-jauh perasaan itu. Tapi bukan berarti aku melupakan Candra. Dia masih menjadi sahabatku, sahabat seperti sahabat-sahabatku yang lainnya.
“Kau selalu di hati… sobat!” ucapku lirih sembari memandang album foto yang telah kususun rapi dalam album.
Tanpa sadar, Kenzhi telah banyak memberiku pelajaran tentang arti sahabat yang sesungguhnya. Dia memang tipe seorang sahabat yang penyayang dan sangat menghargaiku sebagai perempuan. Meskipun dia laki-laki dia tak pernah sungkan untuk membela orang lain terutama perempuan. Apalagi aku dan Kenzhi telah berikrar untuk menjadi sahabat untuk selamanya, Coran selamanya.
Dan aku sadar, persahabatan jauh lebih berharga dari cinta. Cinta bisa datang dan pergi kapanpun dia mau. Tapi sahabat, tak pernah pergi sampai kapanpun. Cintailah seseorang dengan sewajarnya, karena cinta yang hakiki hanya untuk Allah semata.
Penulis Merupakan Kader IMM Komisariat Ekstra UM

Leave a Reply